Ternyata Khadafi Suka Nasi Goreng dan Soto

Ternyata Khadafi Suka Nasi Goreng dan Soto

Loading...
Hendricus Yulianto (Foto: Rus Akbar/ Okezone)

PADANG - Meski bekerja di komplek Istana mantan Presiden Moammar Khadafi, Hendricus ternyata tidak selalu bertemu dengan Khadafi. Dirinya bertemu saat Khadafi datang ke tempat putranya, Hanibal.

Khadafi hanya datang sesekali ke rumah Hanibal. Sempat saat berada di rumah putra kelimanya tersebut, Khadafi masuk ke dapur dan menanyakan Hendricus Yulianto, apa yang tengah dimasaknya.

“Hei kamu bisa masak apa? Lalu kembali dia bertanya kamu dari mana, tentu saja jawab saya dari Indonesia. Oke good buat masakan yang paling saya sukai yaitu Arabic food,” cerita Hendri kepada okezone di Hotel Mercure ruang khusus kepala koki di Padang, baru-baru ini.

“Paling tidak, sekali seminggu bahkan sekali sebulan Khadafi datang ke tempat anaknya untuk melihat cucunya,” tuturnya.

Walau Khadafi terkenal sadis, namun di mata Hendri, Khadafi adalah sosok yang baik dan mencintai persahabatan. Baginya Khadafi tidak membedakan ras.

"Khadafi adalah sosok yang ramah dan tegas. Tidak ada jiwa penindasan terlihat pada pribadi Khadafi. Saya kaget dan heran menyaksikan televisi memberitakan Khadafi tewas mengenaskan ditembak di bagian kepala oleh tentara revolusioner Libya,” ujar Hendri.

Selama melayani Hanibal Khadafi di istana, menu favorit Presiden Libya itu, yaitu arabic food yang terbuat dari pasta dan minyak zaitun. Tidak lupa di atas pasta itu ditambahkan dua potong daging sapi bakar.

Tetapi Khadafi juga pernah mencicipi makanan khas Indonesia, seperti nasi goreng dan soto. “Saya berinisiatif menawarkan menu Indonesia kepada Khadafi melalui anaknya Hanibal. Ternyata Khadafi suka, pernah beberapa kali saya bikinkan nasi goreng,” kata Hendri.

Selama memasak, Hendri selalu diawasi. Dirinya selalu dikawal intel yang berpura-pura menjadi tukang cuci. Kemana pun dia pergi selalu dikawal baik membali menu masakan maupun memasak.

Di rumah Hanibal ini ada delapan orang yang bekerja sebagai pelayan Hanibal. Dua perempuan yang bekerja sebagai tukang cuci membersihkan ruangan, serta tukang jaga anaknya dan selebihnya laki-laki.

“Dan saya mencurigai bahwa tukang cuci dan bersih-bersih itu dari Indonesia, namun kami tidak bisa melakukan komunikasi karena memang semuanya dibatasi. Ditambah lagi sebagian pekerjanya tidak bisa bahasa Inggris, rata-rata pekerja tersebut berasal dari Timur-Tengah dan Afrika,” tuturnya.

Hendri mengaku, selama satu tahun dua bulan dia bekerja dengan tegang. Pada akhir-akhir bulan Oktober dia mencoba menghubungi keluarganya di Indonesia.

“Suatu hari saat dia libur, saya melihat koki penggantiku koki menggunakan hp saat libur. Kemudian saya meminjam hp tersebut, untuk menghubungi keluarga karena selama ini mereka tidak tahu kabar saya bekerja di mana," ujarnya.

Hendri pun menghubungi adiknya, kemudian berbicaranya dengan kakeknya selama hanya dua menit. "Kami bicara yang inti-inti saja, lalu saya menuju ke kamar mandi untuk menggunakan ponsel tersebut karena di kamar mandi tidak memakai cctv,” ujarnya.

Setelah itu Hendri mengajukan pengunduran diri bekerja di Istana Khadafi. Dirinya pun baru menerima tanggapan dari presiden setelah tiga hari. Merekapun memberikan uang dan paspor serta mengantarkan ke bandara.

Untuk menuju ke bandara itu memakan waktu sekitar tiga hari karena pengawal membawanya dulu ke tempat yang tidak diketahui dan diinapkan disebuah penginapan selama tiga hari, setelah itu mereka baru menuju bandara dan langsung ke Jakarta.

“Saya sudah tidak tahan lagi kerja di sana selama 30 jam, bisa jadi Hanibal minta makan pada malam hari ya harus dimasakkan. Setelah saya sampai di Indonesia saya pun bebas,” pungkasnya.

Catat Ulasan

0 Ulasan