Loading...
Beijing : Wanita berusia 107 tahun dari Cina, Wang Guiying, mungkin paling lambat dalam urusan percintaan. Di usianya tersebut, Wang masih perawan. Namun kini ia sedang mencari suami pertamanya.
Wang lahir di Provinsi Guizhou Selatan, anak dari seorang pedagang garam. Ia dibesarkan dengan melihat pakcik dan pria lain yang memarahi dan memukuli istrinya. Inilah yang membuatnya takut untuk berkahwin.
"Menikah terlalu menakutkan," ujar Wang seperti dikutip MyZimbabwe, Isnin (6/5/2013).
"Saya sering melihat istri pakcik saya menangis di gudang kayu setelah disiksa".
"Semua orang yg sudah berkahwin yang ada di sekitar saya hidup seperti itu".
Demi menemukan suami, Wang meminta bantuan keponakannya dari yang termuda hingga yang berusia 60 tahun. Ada beberapa syarat agar bisa menjadi suami Wang. Pertama, Wang tak mencari cinta yang singkat. Ia mencari suami yang bisa berbicara dan tahu tentang daerah asalnya.
Kedua, Wang menginginkan pria yang bisa membantunya berkeliling dan melakukan tugas-tugas karena pada usia 102 tahun kakinya patah dan berhenti melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian.
Setelah ayahnya meninggal, Wang ditinggal ibu dan kakaknya yang juga meninggal dunia. Saat itu, Wang masih menghindar dari pernikahan dan pindah ke desa menjadi petani. Pada usianya yang ke 74 tahun, Wang sudah tak kuat lagi bekerja di ladang.
Sekarang Wang sudah memutuskan melupakan masa lalunya dan bersedia untuk berkahwin. Ia berharap menemukan seorang pria yang juga centenarian (manusia yang berusia 100 tahun lebih) sehingga bisa diajak bicara.
Keputusannya untuk berkahwin karena ia khawatir bakal menjadi beban bagi saudaranya. Terutama ketika ia harus berhenti dari semua pekerjaan rumah tangga sejak kakinya patah.
"Keponakan saya semakin tua dan anak-anaknya sudah berkeluarga sendiri. Saya menjadi beban. Saya sudah 107 tahun dan masih belum kahwin. Apa yang akan terjadi jika saya tak bergegas menemukan seorang suami?" pungkasnya.
HHmm..macamana??Sesiapa yang berkeinginan boleh la hantar resume..
0 Ulasan
jerit kat sini